Cara Korea Selatan Mengatasi Kejahatan Cyber (BI SS 2013)
Hacker atau
peretas komputer meneliti kibor masing-masing dalam sebuah ruangan yang penuh
dengan komputer. Mereka tergesa-gesa mengetik kode-kode yang sebagian besar
tidak dapat dipahami oleh mata awam. Misi mereka hanya untuk menerobos server
virtual dalam sebuah simulasi dunia. Namun, para peretas khusus ini tidak
melanggar hukum. Mereka justru ada di sana untuk memperkokoh aturan-aturan yang
telah dibuat oleh perusahaan. Para hacker dapat mengambil bagian dalam program
enam bulan yang diselenggarakan oleh pemerintah Korea Selatan untuk melatih
para pemecah kode cerdas menjadi baris pertama pertahanan bangsa dalam perang
melawan kejahatan cyber.
Menurut Korea
Information Technology Research Institute (Kitri), program "Best of the
Best" ini dirancang untuk melatih para ahli komputer untuk melawan
serangan dari pada cyber dari dalam maupun luar negeri. Korea Selatan merupakan
salah satu negara yang paling terhubung dengan internet di dunia. Artinya, juga
menjadi subyek gempuran cyber, terutama dari negara tetangganya di utara, yang
secara teknis masih berperang.
Pada tahun 2009,
sejumlah situs pemerintah, termasuk situs kepresidenan Blue House dan Majelis
Nasional, menjadi sasaran kode berbahaya selama beberapa hari. Selanjutnya pada
tahun 2011, seluruh sistem komputer bank di Negeri Ginseng itu diterobos oleh
para hacker. Serangan itu membuat puluhan ribu komputer terinfeksi dan beberapa
komputer rusak secara permanen, menurut jaksa negara.
Siaran pers kejaksaan
Korsel menyebutkan, pemerintah Seoul menuding Pyongyang berada di balik
serangan itu. Hal tersebut merujuk pada kesamaan kode dalam serangan cyber sebelumnya
yang dilakukan oleh warga negara Korsel yang berkolaborasi dengan hacker yang
diyakini terkait dengan badan intelijen Korea Utara. Namun pemerintah Korut
hingga kini belum mengomentari masalah klaim itu.
Nilai resmi kerugian
akibat serangan dunia maya itu sampai sekarang belum dapat diketahui. Namun,
Hyundai Research Institute memperkirakan kerugian keuangan dalam serangan pada
2009 saja mencapai AS$33.700.000 sampai dengan AS$50.500.000.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
"Serangan cyber
pada umumnya makin banyak dan lebih rumit. Diketahui pula bahwa Korea Utara
melatih hacker yang sangat terampil," kata Jung Soo-whan dari Universitas
Soongsil di Korsel kepada CNN, misalnya, meretas dalam sebuah sistem tenaga
nuklir. Sementara itu, Korsel sangat membutuhkan sistem pertahanan yang lebih
kuat.” Menurut Lee Seung-jin, Kepala Konsultan Program "Best of the
Best", serangan cyber dari Utara seperti bertempur dalam perang asimetris.
Sangat sulit melawan serangan-serangan tersebut.
"Industri
internet Korea Selatan berkembang sangat cepat. Sangat penting untuk melatih
ahli-ahli keamanan cyber dalam segala bidang, termasuk mereka yang akan bekerja
untuk perusahaan komersial yang sudah terkemuka dalam komunitas hacker Korsel.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program yang kini
diikuti oleh 20 orang hacker ini, pada tahap akhir hanya menghasilkan satu
pakar dari enam bidang. Yaitu ahli-ahli komputer di bidang forensik digital,
konsultan keamanan, analisis kerentanan, pengamanan telepon selular, converged
security, dan pengamanan komputasi awan. Selain menerima hadiah senilai 20
juta won atau AS$18.500, lulusan “Best of the Best” akan direkomendasikan ke
perusahaan atau instansi pemerintah yang ingin mempekerjakan mereka di masa
depan.
Menurut saya,
seharusnya Indonesia juga dapat melakukan program yang seperti ini karena
dengan merencanakan kompetisi hacker, mereka dapat mengatasi para hacker yang
sudah sangat banyak menyerang bagian data-data penting. Dengan begitu, dapat
memotivasi para pelajar maupun mahasiswa agar serius mendalami masalah-masalah
serangan dari para hacker. Akan tetapi perlu adanya dukungan dari pemerintah
agar di masa depan nantinya, sebuah informasi penting pada suatu perusahaan
atau website dapat berkurang dari serangan-serangan yang di lakukan oleh para
hacker.
Hacker atau
peretas komputer meneliti kibor masing-masing dalam sebuah ruangan yang penuh
dengan komputer. Mereka tergesa-gesa mengetik kode-kode yang sebagian besar
tidak dapat dipahami oleh mata awam. Misi mereka hanya untuk menerobos server
virtual dalam sebuah simulasi dunia. Namun, para peretas khusus ini tidak
melanggar hukum. Mereka justru ada di sana untuk memperkokoh aturan-aturan yang
telah dibuat oleh perusahaan. Para hacker dapat mengambil bagian dalam program
enam bulan yang diselenggarakan oleh pemerintah Korea Selatan untuk melatih
para pemecah kode cerdas menjadi baris pertama pertahanan bangsa dalam perang
melawan kejahatan cyber.
Menurut Korea Information
Technology Research Institute (Kitri), program "Best of the Best" ini
dirancang untuk melatih para ahli komputer untuk melawan serangan dari pada
cyber dari dalam maupun luar negeri. Korea Selatan merupakan salah satu negara
yang paling terhubung dengan internet di dunia. Artinya, juga menjadi subyek
gempuran cyber, terutama dari negara tetangganya di utara, yang secara teknis
masih berperang.
Pada tahun 2009,
sejumlah situs pemerintah, termasuk situs kepresidenan Blue House dan Majelis
Nasional, menjadi sasaran kode berbahaya selama beberapa hari. Selanjutnya pada
tahun 2011, seluruh sistem komputer bank di Negeri Ginseng itu diterobos oleh
para hacker. Serangan itu membuat puluhan ribu komputer terinfeksi dan beberapa
komputer rusak secara permanen, menurut jaksa negara.
Siaran pers kejaksaan
Korsel menyebutkan, pemerintah Seoul menuding Pyongyang berada di balik
serangan itu. Hal tersebut merujuk pada kesamaan kode dalam serangan cyber
sebelumnya yang dilakukan oleh warga negara Korsel yang berkolaborasi dengan
hacker yang diyakini terkait dengan badan intelijen Korea Utara. Namun
pemerintah Korut hingga kini belum mengomentari masalah klaim itu.
Nilai resmi kerugian
akibat serangan dunia maya itu sampai sekarang belum dapat diketahui. Namun,
Hyundai Research Institute memperkirakan kerugian keuangan dalam serangan pada
2009 saja mencapai AS$33.700.000 sampai dengan AS$50.500.000.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
"Serangan cyber
pada umumnya makin banyak dan lebih rumit. Diketahui pula bahwa Korea Utara
melatih hacker yang sangat terampil," kata Jung Soo-whan dari Universitas
Soongsil di Korsel kepada CNN, misalnya, meretas dalam sebuah sistem tenaga
nuklir. Sementara itu, Korsel sangat membutuhkan sistem pertahanan yang lebih
kuat.” Menurut Lee Seung-jin, Kepala Konsultan Program "Best of the
Best", serangan cyber dari Utara seperti bertempur dalam perang asimetris.
Sangat sulit melawan serangan-serangan tersebut.
"Industri
internet Korea Selatan berkembang sangat cepat. Sangat penting untuk melatih
ahli-ahli keamanan cyber dalam segala bidang, termasuk mereka yang akan bekerja
untuk perusahaan komersial yang sudah terkemuka dalam komunitas hacker Korsel.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program yang kini
diikuti oleh 20 orang hacker ini, pada tahap akhir hanya menghasilkan satu
pakar dari enam bidang. Yaitu ahli-ahli komputer di bidang forensik digital,
konsultan keamanan, analisis kerentanan, pengamanan telepon selular, converged
security, dan pengamanan komputasi awan. Selain menerima hadiah senilai 20
juta won atau AS$18.500, lulusan “Best of the Best” akan direkomendasikan ke
perusahaan atau instansi pemerintah yang ingin mempekerjakan mereka di masa
depan.
Menurut saya,
seharusnya Indonesia juga dapat melakukan program yang seperti ini karena
dengan merencanakan kompetisi hacker, mereka dapat mengatasi para hacker yang
sudah sangat banyak menyerang bagian data-data penting. Dengan begitu, dapat
memotivasi para pelajar maupun mahasiswa agar serius mendalami masalah-masalah
serangan dari para hacker. Akan tetapi perlu adanya dukungan dari pemerintah
agar di masa depan nantinya, sebuah informasi penting pada suatu perusahaan
atau website dapat berkurang dari serangan-serangan yang di lakukan oleh para
hacker.
Hacker atau
peretas komputer meneliti kibor masing-masing dalam sebuah ruangan yang penuh
dengan komputer. Mereka tergesa-gesa mengetik kode-kode yang sebagian besar
tidak dapat dipahami oleh mata awam. Misi mereka hanya untuk menerobos server
virtual dalam sebuah simulasi dunia. Namun, para peretas khusus ini tidak
melanggar hukum. Mereka justru ada di sana untuk memperkokoh aturan-aturan yang
telah dibuat oleh perusahaan. Para hacker dapat mengambil bagian dalam program
enam bulan yang diselenggarakan oleh pemerintah Korea Selatan untuk melatih
para pemecah kode cerdas menjadi baris pertama pertahanan bangsa dalam perang
melawan kejahatan cyber.
Menurut Korea Information
Technology Research Institute (Kitri), program "Best of the Best" ini
dirancang untuk melatih para ahli komputer untuk melawan serangan dari pada
cyber dari dalam maupun luar negeri. Korea Selatan merupakan salah satu negara
yang paling terhubung dengan internet di dunia. Artinya, juga menjadi subyek
gempuran cyber, terutama dari negara tetangganya di utara, yang secara teknis
masih berperang.
Pada tahun 2009,
sejumlah situs pemerintah, termasuk situs kepresidenan Blue House dan Majelis
Nasional, menjadi sasaran kode berbahaya selama beberapa hari. Selanjutnya pada
tahun 2011, seluruh sistem komputer bank di Negeri Ginseng itu diterobos oleh
para hacker. Serangan itu membuat puluhan ribu komputer terinfeksi dan beberapa
komputer rusak secara permanen, menurut jaksa negara.
Siaran pers kejaksaan
Korsel menyebutkan, pemerintah Seoul menuding Pyongyang berada di balik
serangan itu. Hal tersebut merujuk pada kesamaan kode dalam serangan cyber
sebelumnya yang dilakukan oleh warga negara Korsel yang berkolaborasi dengan
hacker yang diyakini terkait dengan badan intelijen Korea Utara. Namun
pemerintah Korut hingga kini belum mengomentari masalah klaim itu.
Nilai resmi kerugian
akibat serangan dunia maya itu sampai sekarang belum dapat diketahui. Namun, Hyundai
Research Institute memperkirakan kerugian keuangan dalam serangan pada 2009
saja mencapai AS$33.700.000 sampai dengan AS$50.500.000.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
"Serangan cyber
pada umumnya makin banyak dan lebih rumit. Diketahui pula bahwa Korea Utara
melatih hacker yang sangat terampil," kata Jung Soo-whan dari Universitas
Soongsil di Korsel kepada CNN, misalnya, meretas dalam sebuah sistem tenaga
nuklir. Sementara itu, Korsel sangat membutuhkan sistem pertahanan yang lebih
kuat.” Menurut Lee Seung-jin, Kepala Konsultan Program "Best of the
Best", serangan cyber dari Utara seperti bertempur dalam perang asimetris.
Sangat sulit melawan serangan-serangan tersebut.
"Industri
internet Korea Selatan berkembang sangat cepat. Sangat penting untuk melatih
ahli-ahli keamanan cyber dalam segala bidang, termasuk mereka yang akan bekerja
untuk perusahaan komersial yang sudah terkemuka dalam komunitas hacker Korsel.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program yang kini
diikuti oleh 20 orang hacker ini, pada tahap akhir hanya menghasilkan satu
pakar dari enam bidang. Yaitu ahli-ahli komputer di bidang forensik digital,
konsultan keamanan, analisis kerentanan, pengamanan telepon selular, converged
security, dan pengamanan komputasi awan. Selain menerima hadiah senilai 20
juta won atau AS$18.500, lulusan “Best of the Best” akan direkomendasikan ke
perusahaan atau instansi pemerintah yang ingin mempekerjakan mereka di masa
depan.
Menurut saya,
seharusnya Indonesia juga dapat melakukan program yang seperti ini karena
dengan merencanakan kompetisi hacker, mereka dapat mengatasi para hacker yang
sudah sangat banyak menyerang bagian data-data penting. Dengan begitu, dapat
memotivasi para pelajar maupun mahasiswa agar serius mendalami masalah-masalah
serangan dari para hacker. Akan tetapi perlu adanya dukungan dari pemerintah
agar di masa depan nantinya, sebuah informasi penting pada suatu perusahaan
atau website dapat berkurang dari serangan-serangan yang di lakukan oleh para
hacker.
Hacker atau
peretas komputer meneliti kibor masing-masing dalam sebuah ruangan yang penuh
dengan komputer. Mereka tergesa-gesa mengetik kode-kode yang sebagian besar
tidak dapat dipahami oleh mata awam. Misi mereka hanya untuk menerobos server
virtual dalam sebuah simulasi dunia. Namun, para peretas khusus ini tidak
melanggar hukum. Mereka justru ada di sana untuk memperkokoh aturan-aturan yang
telah dibuat oleh perusahaan. Para hacker dapat mengambil bagian dalam program
enam bulan yang diselenggarakan oleh pemerintah Korea Selatan untuk melatih
para pemecah kode cerdas menjadi baris pertama pertahanan bangsa dalam perang
melawan kejahatan cyber.
Menurut Korea
Information Technology Research Institute (Kitri), program "Best of the
Best" ini dirancang untuk melatih para ahli komputer untuk melawan
serangan dari pada cyber dari dalam maupun luar negeri. Korea Selatan merupakan
salah satu negara yang paling terhubung dengan internet di dunia. Artinya, juga
menjadi subyek gempuran cyber, terutama dari negara tetangganya di utara, yang
secara teknis masih berperang.
Pada tahun 2009,
sejumlah situs pemerintah, termasuk situs kepresidenan Blue House dan Majelis
Nasional, menjadi sasaran kode berbahaya selama beberapa hari. Selanjutnya pada
tahun 2011, seluruh sistem komputer bank di Negeri Ginseng itu diterobos oleh
para hacker. Serangan itu membuat puluhan ribu komputer terinfeksi dan beberapa
komputer rusak secara permanen, menurut jaksa negara.
Siaran pers kejaksaan
Korsel menyebutkan, pemerintah Seoul menuding Pyongyang berada di balik
serangan itu. Hal tersebut merujuk pada kesamaan kode dalam serangan cyber
sebelumnya yang dilakukan oleh warga negara Korsel yang berkolaborasi dengan
hacker yang diyakini terkait dengan badan intelijen Korea Utara. Namun
pemerintah Korut hingga kini belum mengomentari masalah klaim itu.
Nilai resmi kerugian
akibat serangan dunia maya itu sampai sekarang belum dapat diketahui. Namun,
Hyundai Research Institute memperkirakan kerugian keuangan dalam serangan pada
2009 saja mencapai AS$33.700.000 sampai dengan AS$50.500.000.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
Serangan peretas dari dalam maupun luar negeri terus meningkat, menurut pihak berwenang. Badan Keamanan Internet Korea menyebutkan gempuran di dunia maya naik hingga 37% selama 2008 sampai dengan 2011.
"Serangan cyber
pada umumnya makin banyak dan lebih rumit. Diketahui pula bahwa Korea Utara
melatih hacker yang sangat terampil," kata Jung Soo-whan dari Universitas
Soongsil di Korsel kepada CNN, misalnya, meretas dalam sebuah sistem tenaga
nuklir. Sementara itu, Korsel sangat membutuhkan sistem pertahanan yang lebih
kuat.” Menurut Lee Seung-jin, Kepala Konsultan Program "Best of the Best",
serangan cyber dari Utara seperti bertempur dalam perang asimetris. Sangat
sulit melawan serangan-serangan tersebut.
"Industri
internet Korea Selatan berkembang sangat cepat. Sangat penting untuk melatih
ahli-ahli keamanan cyber dalam segala bidang, termasuk mereka yang akan bekerja
untuk perusahaan komersial yang sudah terkemuka dalam komunitas hacker Korsel.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program ini diikuti oleh 60 orang ahli komputer mulai dari siswa sekolah menengah atas hingga mahasiswa. Sebagian besar peserta sudah terkenal di negeri ini dan beberapa di antaranya adalah pemenang penghargaan dari kompetisi hacker lokal dan asing.
Kwon Hyuk, 17 tahun, adalah salah satu kandidat yang lulus dalam tahap pertama program. Dia memfokuskan karyanya pada sistem jaringan printer, yang mudah terpapar serangan cyber. "Perusahaan dapat mencetak dokumen rahasia menggunakan jaringan printer. Jika keamanannya diterobos, informasi rahasia perusahaan bisa dicuri dengan mudahnya.
Program yang kini
diikuti oleh 20 orang hacker ini, pada tahap akhir hanya menghasilkan satu
pakar dari enam bidang. Yaitu ahli-ahli komputer di bidang forensik digital,
konsultan keamanan, analisis kerentanan, pengamanan telepon selular, converged
security, dan pengamanan komputasi awan. Selain menerima hadiah senilai 20
juta won atau AS$18.500, lulusan “Best of the Best” akan direkomendasikan ke
perusahaan atau instansi pemerintah yang ingin mempekerjakan mereka di masa
depan.
Menurut saya,
seharusnya Indonesia juga dapat melakukan program yang seperti ini karena
dengan merencanakan kompetisi hacker, mereka dapat mengatasi para hacker yang
sudah sangat banyak menyerang bagian data-data penting. Dengan begitu, dapat
memotivasi para pelajar maupun mahasiswa agar serius mendalami masalah-masalah
serangan dari para hacker. Akan tetapi perlu adanya dukungan dari pemerintah
agar di masa depan nantinya, sebuah informasi penting pada suatu perusahaan
atau website dapat berkurang dari serangan-serangan yang di lakukan oleh para
hacker.
Sumber :